I Wanna Marry Your Daugther

img_6290_1_1024x1024

Title : I wanna marry your daughter [SNS Sequel]
Inspired by : Brian Mcknight – Marry Your Daughter, Blinger’s Group Line Chat, Blue Moon By Ilana Tan
Cast : SHINee Jonghyun
Genre : Fluff
Length : Fignette
Written by : Ayin Perdana

I wanna marry your daughter..

Jonghyun kembali menarik jari telunjuknya lalu mengepalkannya bersama dengan jemarinya yang lain, mengurungkan niatnya untuk memerintahkan jari telunjuk kanannya untuk menekan bell sebuah pintu rumah besar berdesain minimalis itu. Ia menggigit ujung bibir bawahnya, terlihat dengan begitu jelas raut ketegangan di wajahnya yang tampan itu. Ia kembali menarik nafas dalam – dalam, dan setelah ia merasa pikirannya tenang tanpa menunda—lagi—ia langsung memerintahkan telunjuknya untuk menekan tombol kecil berwarna broken white yang tertempel di samping daun pintu yang ada di hadapannya.

Tak lama setelah ia sukses memerintahkan telunjuknya menekan tombol yang sempat membuatnya uring – uringan itu, akhirnya seseorang dari dalam rumahpun membukakan pintu itu untuknya. Bukan, bukan seorang wanita yang seperti kalian pikirkan yang membuka pintu itu, melainkan..

“Selamat pagi, pak”.

“Oh, ternyata kau Jonghyun’ah”. Ya, yang membukakan pintu untuk Jonghyun adalah seorang lelaki berdarah Chinese yang telah berusia sekitar 55 tahun. Pria setengah abad itu berdeham sesaat kemudian melanjutkan, “Kau ingin menemui Meilia, bukan? Baiklah.. akan aku panggilkan ia untukmu..”.

Baru saja lelaki itu hendak membalikkan tubuhnya, dengan cepat Jonghyun langsung menyela lalu berkata “Tidak usah pak, aku kesini bukan untuk menemui kekasihku.. eerrr itu.. maksudku.. Meilia Lie”. Jonghyun bisa memastikan bahwa saat ini ia sedang merutuki dirinya sendiri karena bisa bicara seceroboh itu, bahkan sebelum ia memulai apa yang sebenarnya ingin ia katakan. Alasan mengapa ia ke rumah kekasihnya tapi bukan untuk menemui kekasihnya.

Lelaki 55 tahun itu kembali berdeham sembari mengangkat kedua alisnya, dengan tenang ia kembali menatap ke arah Jonghyun, “Kau kemari bukan untuk menemui putriku, lantas.. siapa yang ingin kau temui?”.

Dengan perasaan sedikit gugup, Jonghyun memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan lelaki yang merupakan ayah dari kekasihnya itu, “Aku kemari untuk menemuimu, Pak”.

“Aku?”.

Jonghyun mengangguk mantap, “Ya. Aku kemari untuk menemuimu. aku kemari karena.. ada yang ingin aku katakan padamu”.

~***~

“Duduklah”.
Jonghyun duduk di sebuah sofa panjang dalam ruang tamu yang lumayan besar itu setelah sebelumnya ia membungkukkan sedikit badannya kepada lelaki berusia setengah abad itu.

“Jadi..” lelaki itu membenarkan letak kacamatanya, “apa yang ingin kau katakan padaku, nak?”.

“Aku.. itu..” entah apa yang membuat Jonghyun tiba – tiba tidak bisa mengeluarkan perkataan yang ada dalam isi otaknya. Lidah Jonghyun tiba – tiba terasa kaku, membuatnya berpikir apa sebaiknya ia membatalkannya saja, dan mencoba untuk bicara kembali di lain waktu? Tidak, Jonghyun tidak ingin membuang waktu lagi.

“Pak.. aku.. aku ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu. Aku..”

“Nak” Lelaki itu memotong pembicaraan dengan tenang, setelah ia berdeham dan membenarkan letak kacamatanya, ia tersenyum kecil lalu melanjutkan, “tidak perlu gugup seperti itu, ini bukan pertama kali kau terlibat pembicaraan kecil denganku bukan? Katakanlah dengan perlahan saja, ini bukan masalah tentang kau yang mengalahkanku bermain catur saat keluarga kami mengadakan pesta barbeque minggu lalu, bukan?”.

“Oh tidak. Tentu saja bukan itu”. Jonghyun terkekeh kecil sambil sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia mengigit bibir bawahnya sejenak lalu melanjutkan “Pak.. sebelumnya aku minta maaf kalau.. mungkin aku akan menyita banyak waktumu hari ini karena ada yang ingin aku katakan padamu, aku.. sebenarnya aku.. aku ing..”

“Jonghyun’ah”.

Jonghyun sedikit terkejut, “Eh? Oh, iya, pak?”.

Lelaki itu kembali tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya, “Katakan saja apa yang ingin kau katakan padaku, bagaimanapun cara yang kau gunakan. Kau bisa menggunakan waktu seharian ini, aku akan mendengarkan. Katakanlah nak, apa yang ingin kau bicarakan denganku”.

Jonghyun menatap lelaki 55 tahun itu sambil tersenyum kecil, dengan tatapan penuh keyakinan ia mengambil nafas sejenak lalu memulai perkataannya “Aku ingin melamar putrimu satu – satunya, Meilia Lie. Aku.. Kim Jonghyun, ingin menjadikan putrimu.. Meilia Lie, sebagai istriku”.

Ya, akhirnya ia berhasil mengatakannya. Jonghyun berhasil mengatakan bahwa ia ingin melamar putri semata wayang lelaki berusia 55 tahun yang duduk di hadapannya itu. Lelaki berusia setengah abad itu mengangkat alisnya sembari berdeham, ia menatap kearah Jonghyun yang ia rasa terlihat gugup, cemas, dan lega setelah mengatakan isi yang ada di dalam kepalanya itu dengan sekali nafas.

Lelaki itu mencondongkan sedikit badannya ke depan, kemudian berkata “Jadi, maksudmu datang kemari dan ingin berbicara denganku karena kau.. ingin melamar putriku, dan ingin meminta restu dariku?”.

Jonghyun menganggukkan kepalanya dengan mantap lalu menjawab, “Ya, aku ingin menikahinya”.

Lelaki itu mengangguk – anggukkan kepalanya. Sekilas ia memandang kearah luar rumahnya dan matanya menangkap mobil Lamborghini Huracan berwarna putih milik Jonghyun yang terparkir rapi di halaman rumahnya yang luas itu. Sesaat kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya pada Jonghyun, lalu kembali berkata “Terkadang banyak orang berpikir jika mereka memiliki materi yang berlimpah, mereka bisa menjamin hidup seseorang. Kau pasti pernah mendengar teori ini bukan?”.

Jonghyun memiringkan sedikit kepalanya, “Ya, aku tahu tentang hal itu”.

“Dari segi materi, aku tahu kau lebih dari mampu untuk memenuhi kebutuhan putriku. Tapi, materi tidak selamanya bisa menjamin kebahagiaan hidup seseorang, termasuk putriku. Kau bisa mengerti dengan maksudku ini, anak muda?”.

Jonghyun tersenyum kecil, ia mengangkat sedikit kepalanya dan dengan tatapan matanya yang penuh rasa yakin, ia melanjutkan perkataannya “Meilia Lie. Dia adalah seorang wanita yang luar biasa yang pernah aku temui. Dia memiliki kemampuan untuk menjadikan seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, termasuk membuat seseorang mengubah kebiasaan yang selalu dilakukan di setiap hari yang orang itu lalui. Dia melakukan itu semua padaku, itulah yang membuatnya menjadi segalanya untuk hidupku”.

Jonghyun mengambil nafas sejenak lalu melanjutkan, “dan untuk kebahagiaan putrimu, kau tidak perlu cemas. Aku bersumpah di hadapanmu, aku tidak akan pernah sedikitpun memperlakukan putrimu dengan buruk. Aku berjanji tidak akan menjadi suami yang mengekang dan menghalangi apapun yang ingin ia lakukan. Jikalau ternyata aku melanggar ucapanku, meski sekali saja.. aku bersedia menerima apapun yang akan ia lakukan padaku, sekalipun itu dengan memenggal kepalaku aku akan menerimanya”.

Jonghyun berdiri dari duduknya, kemudian menghadap kearah lelaki yang masih duduk dengan tenang itu. Jonghyun langsung membungkukkan badannya sembilan puluh derajat lalu melanjutkan perkataannya, “Izinkan aku untuk memilih putrimu satu – satunya, Meilia Lie untuk menjadi pendamping hidupku dan ibu dari keturunanku nanti. Aku, Kim Jonghyun, memohon restu darimu untuk menikahi putrimu”.

Jonghyun tidak langsung menegakkan badannya kembali saat ia telah berhasil mengungkapkan keinginannya kepada lelaki paruh baya yang ada di hadapannya itu. Alih – alih menegakkan badannya ia justru menutup matanya rapat – rapat dan menggigit bibir bawahnya, sangat terlihat dengan jelas bahwa sekarang ia merasa sangat gugup.

Sesaat kemudian lelaki di hadapan Jonghyun itu mulai berdiri dan mengangkat bahu Jonghyun dengan kedua tangannya, memberikan isyarat untuk Jonghyun agar menegakkan tubuhnya kembali.

Lelaki itu menatap Jonghyun dengan senyum kecil yang tersungging di wajahnya, kemudian mengangguk – anggukkan kepalanya, “Ada apa dengan wajahmu? Kenapa kau terlihat begitu gugup seperti itu, nak?”.

“Eh? Oh, itu.. tidak, aku hanya..”.

“Kau tidak perlu sampai gugup dan takut seperti itu..” lelaki itu tersenyum kecil lalu melanjutkan, “aku bukan seorang boss mafia, aku hanya lelaki tua pemilik tiga ratus gedung apartment siap huni yang menghabiskan masa tuanya di rumah”. Pria itu kembali mengangguk – anggukkan kepalanya sembari menepuk pelan bahu Jonghyun lalu melanjutkan, “restuku.. sepenuhnya sudah ada dalam genggamanmu, nak”.

Jonghyun langsung mengangkat kepalanya kemudian mengarahkan pandangannya tepat ke wajah lelaki paruh baya itu. Ya, tentu saja Jonghyun terkejut. Ia sangat terkejut, ia bahkan sempat berpikir bahwa kejadian hari ini hanyalah mimpi. Dan ketika Jonghyun baru saja ingin mengucapkan sesuatu, lelaki itu mendahului Jonghyun dan langsung melanjutkan perkataannya, “Aah, kau tidak akan pernah bisa membayangkan betapa mengerikannya ancaman yang diberikan putriku untukku jika saja aku menolak untuk merestui kalian”, lelaki itu berlalu untuk masuk ke dalam, namun belum ada beberapa langkah lelaki itu berhenti dan kemudian memalingkan badannya menghadap Jonghyun yang masih berdiri tertegun di ruang tamu, “Dan.. perbaiki raut wajahmu, putriku hanya menyukai pria berwajah tampan bukan pria berwajah gugup seperti itu” lelaki itu tertawa kemudian meninggalkan Jonghyun sendirian menuju kamarnya.

~***~

Winter, December 22th

Jonghyun berjalan dengan santai memasuki salah satu butik besar di Seoul, milik kekasihnya—oh, lebih tepatnya tunangannya. Tak perlu waktu lama untuk Jonghyun menemukan keberadaan wanitanya itu, ia tersenyum simpul melihat Meilia yang masih terlihat sedikit sibuk di belakang meja besar di ujung sana bersama dengan kertas – kertas design besar yang tertumpuk di atasnya dan para asisten yang mengelilinginya.

Jonghyun baru saja ingin kembali ke dalam mobilnya dengan maksud menunggu Meilia disana sebelum salah satu asisten Meilia menyadari kehadiran Jonghyun dan berseru, “Oh! Nona Lie, Tuan Kim sudah datang”.

Meilia yang saat itu sedang asyik berdiskusi tentang design busana untuk acara fashion week-nya yang akan diadakan minggu depan itu langsung menghentikan kegiatannya lalu mengangkat kepalanya kearah Jonghyun berada. Ia melihat Jonghyun yang berdiri di dekat pintu tersenyum dan melambaikan tangan kearahnya, ia membalas senyuman Jonghyun “Oh, hai! Aku tidak menduga kau akan datang secepat ini, tunggu sebentar”. Meilia langsung menyuruh asistennya mengambil alih pekerjaannya lalu bergegas mengambil tasnya kemudian berjalan kearah Jonghyun sambil tersenyum lebar, “Kau sudah lama menungguku?”.

Jonghyun tersenyum sambil meraih tangan Meilia, “No. I just arrived. Tapi.. menunggu lama untuk wanita seperti kau bagiku bukan masalah besar”.
Meilia terkekeh, “Kau ini benar – benar gombal, Kim Jonghyun. Sudahlah, ayo kita pergi”.

“Omong – omong, bagaimana pertemuanmu dengan produser musik asal Amerika itu?” tanya Meilia saat mereka sudah keluar dari gedung dan sedang berjalan berdampingan menyusuri trotoar ke mobil Jonghyun yang diparkir dua blok dari sana. Salah satu tangan Meilia tidak terbungkus sarung tangan berada dalam genggaman tangan Jonghyun yang hangat, sementara tangannya yang lain dijejalkan ke dalam saku mantelnya yang tebal.

“Lancar”, sahut Jonghyun. “Ia bilang kalau ia menyukai kompisisi musik yang kususun untuk lagu baru yang ingin dibelinya dari perusahaan musikku. Tapi seperti produser lainnya, ia benar – benar cerewet dan meminta ini dan itu.. intinya, ia menginginkan sebuah ‘sempurna’ di dunia yang tidak sempurna ini”.

Meilia tertawa kecil, lalu mendongak, “Oh, lihat. Salju!”.

Jonghyun ikut mendongak dan melihat butiran – butiran putih sehalus kapas melayang turun dari langit yang gelap.

“Dan kau meninggalkan sarung tanganmu di mobilku kemarin”, gumamnya sambil melirik tangan Meilia dalam genggamannya.

“Mungkin aku sengaja meninggalkan sarung tanganku”, kata Meilia sambil tersenyum.

Jonghyun tidak mengerti, “kenapa?”.
Meilia menoleh menatap Jonghyun, “mungkin aku ingin memberimu alasan untuk memegang tanganku”.

Jonghyun menatap Meilia sejenak, lalu menghentikan langkahnya. Meilia masih berjalan beberapa langkah sampai tangannya yang masih dalam genggaman Jonghyun menahannya.

Meilia berputar menghadapnya, “ada apa?” tanyanya agak heran.
Jonghyun hanya diam lalu lima detik kemudian, “Aku mencintaimu, Meilia Lie. Aku sangat mencintaimu hingga membuatku memperjuangkanmu mati – matian meski diluar sana banyak yang mengatakan bahwa kau adalah sebuah ketidak mungkinan yang bisa kuraih. Dan kalau memang begitu, berarti kau adalah segala ketidak mungkinan yang selalu aku semogakan, hingga akhirnya aku benar – benar bisa meraihmu”.

Alis Meilia terangkat tinggi. Selama beberapa saat ia hanya menatap Jonghyun tanpa berkata apapun. Jonghyun tersenyum hangat menatapnya.

“Dan kau memilih mengatakan itu sekarang?” Tanya Meilia kemudian. Ia memandang sekeliling sambil tersenyum kecil, “Di tengah jalan? Di tengah hiruk pikuk kota Seoul di malam hari?”.

“Tentu saja. Memang kenapa, apa ada tempat khusus yang disediakan oleh negara ini untuk kita mengungkapkan perasaan kita?” gurau Jonghyun.

Meilia terkekeh, “well, tidak juga”.
Jonghyun tersenyum dan menarik tangan Meilia dengan pelan, membuat gadis itu melangkah mendekat, “Jadi..” gumamnya, “aku sudah mengatakan aku mencintaimu di sini, di tengah hiruk pikuk kota Seoul seperti yang kau katakana tadi.. lalu kau akan berkata ap..”

“Tentu saja,” Meilia menyela, “Aku akan mengatakan aku juga mencintaimu..” Meilia memberikan senyum terbaiknya untuk Jonghyun, “Aku juga sangat mencintai calon suamiku”.

Jonghyun membalas senyuman Meilia dan sedetik kemudian ia memutuskan untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Saat itu juga. Di tengah jalan. Di tengah hiruk pikuk kota Seoul di malam hari. Ditengah butir – butir salju yang melayang turun di sekeliling mereka.
Ia mencium Meilia.

END

14 thoughts on “I Wanna Marry Your Daugther

  1. .kyaaaaa ……. eon demi apa pgi2 gni aq meleleh bak bongkahan es donq
    .ikh sweettt bgt eonnnn
    .yaolo aq gak kebayang klu aq jdy tokoh cwe.a bsa berenti jantung aq eon, dpetin kim jonghyun yg perfect dan punya ayah sebijaksana itu😍😍😍😍😍

  2. iyaiyaiya masih pagi loh ini di publishnya:” kalian kalian yg baca pagipagi trs kalo ada gejala gejala tlg lapor ke authornya yaa😂 tapi sukaaaaaaaa>< sering sering bikiiin mwah ayaflu

  3. Duhhh duhhhh Ka Ayinnn pagi2 suksess besar udah bikin para istri Mas Jamong terbang melayang entah kemana wkwkwk 😃😃😃
    Lanjutkan kaa bikin lagi yang lebih baperrr dari ini 😂😂😂

    • Halo putri.. ^^

      Hihihii.. Kalo udah terlanjur melayang, ati2 turunnya yak.. Jangan sampe jatoh yg bunyinya “pletak!” 😂😂

      Lebih baper..? Kayaknya lebih menggemaskan yg lebih kece lol makasih udah mampir, senang kamu suka..^^

  4. wuuahhhahaH daebakk si eon bikin diriku bacanya sambil senyum2 bahagia memikirkannya jga hahah kan jadi pinginn juga huuu hahaha. keren lah eon😄

  5. Ff kaya gini tuh bahaya kalo dibaca terus terusan bisa bikin diabetes…
    Aaahhh ayiin thank you yaa udah di jadiin cast.. Lagi lagi lagi … /ngantri lg dari belakang/

  6. yeeeee… ff baru dari eonni muncul 😄😄😄
    hhhhhhh….. pipi tiba2 panas liat niat jjong ngelamar meilia😄
    (jadi envy sendiri aku😢)
    eonni, daebak!!!!😄😄
    keep writing eonni😊.ku tunggu ff jonghyun lagi, eonni
    annyeong ^^

    • Hahahahahaha..

      Baca ff yang ini ternyata hihihi.. gegara pas ke mini market, disana muter lagu I wanna Marry Your Daugther.. alhasil jadilah cerita fiksi ini yang berlatar belakang kota Seoul pada saat malam hari dan tengah turun salju, tapi bayangan di kepala adalah kota Paris di malam hari yang juga sedang di jatuhi salju wkwkwkwkwk (serius latar belakang di ending itu aku bayangin nya Paris bukan Seoul xD)

Leave a reply to Putrinoviyanthi Cancel reply